Efek Negatif Selalu “Berpikir” Positif

Lho kok bisa “berpikir” positif malah berefek negatif? Memang benar kok. Saya pernah mengalaminya sendiri. Dengan semakin “berpikir” positif, hasil yang saya dapatkan semakin negatif. Kenapa bisa begitu?

Berpikir positif itu baik tapi kok gagal?

Kita diajarkan untuk selalu berpikir positif dengan berbagai alasan yang mendasarinya. Orang tua, Guru, Mentor dan apalagi Motivator selalu menekankan pentingnya untuk selalu berpikir positif. Lalu untuk memperkuat ajaran tersebut disertai contoh-contoh kesuksesan orang yang berpikir positif. Ini seperti tukang obat ya, cuma memberi contohnya yang sukses saja. Yang gagal tidak diceritakan. Pokoknya hanya boleh berpikir positif saja. Tidak boleh sama sekali berpikir negatif. Meskipun dari fakta yang ada suatu goal atau tujuan sangat tidak mungkin tercapai atau terjadi.

berpikir positif

Untuk menguatkan ajaran berpikir positif juga diajarkan menggunakan afirmasi dan visualisasi. Contohnya ada salah seorang karyawan ingin memiliki penghasilan 50 juta per bulan. Padahal saat ini dia hanya memiliki pendapatan masimal 5 juta per bulan. Dan dia tidak memiliki sumber pendapatan lain yang cukup besar untuk mencapai keinginannya. Lalu dia berkonsultasi dengan salah satu motivator. Dia diajarkan untuk melakukan afirmasi setiap hari dan bervisualisasi saat memperoleh penghasilan yang sesuai keinginannya. Bagaimana hasilnya?

Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu. Bahkan sampai setahun kemudian. Tidak ada perubahan yang cukup berarti. Kecuali umurnya saja yang bertambah. Dan dalam masa pengharapan di awal-awal dia mempraktekkan afirmasi dan visualisasi, semangatnya begitu tinggi. Setelah sebulan pertama mulai timbul keraguan untuk berhasil. Dan timbul pertanyaan apakah memang dia tidak layak untuk mendapatkan penghasilan sebesar itu. Demikian juga pada bulan-bulan berikutnya. Keyakinan untuk gagalnya semakin tinggi. Padahal dia semakin keras melakukan afirmasi dan visualisasi. Lalu dimana salahnya?

Berpikir positif harus tulus dan holistik.

Berpikir positif tidak bisa hanya di area sadar saja. Namun harus disetujui oleh pikiran bawah sadarnya. Jadi harus ada ketulusan di kedua pikiran untuk mencapai goal atau tujuan. Saat pikiran sadar mengutarakan suatu keinginan, maka harus di cek persetujuan pikiran bawah sadarnya. Apakah merasa nyaman dengan keinginan pikiran sadar tersebut. Kalau merasa nyaman berarti setuju. Dan besar kemungkinan pencapaian keinginan bisa terlaksana. Entah bagaimana caranya. Tapi kalau pikiran bawah sadar tidak setuju dan bahkan penolakan, maka biasanya akan memberi sinyal. Misalnya perasaan menjadi gelisah, atau ada bagian tubuh tertentu yang sakit dan seterusnya. Dan si pemilik hajat harus peka terhadap sinyal-sinyal tersebut. Karena apabila dipaksakan suatu keinginan dengan cara menekan perasaan-perasaan penolakan yang timbul, maka hasilnya malah bisa jadi bumerang bagi yang bersangkutan. Dan efek negatifnya bisa panjang. Karena akan timbul keyakinan di pikiran bawah sadar bahwa yang bersangkutan memang tidak pantas sukses.

Jargon-jargon yang mengatakan bahwa ‘kegagalan adalah sukses yang tertunda’, atau ‘tidak peduli berapa kali Anda jatuh, yang penting Anda tetap bangkit lagi’, dan seterusnya, malah akan memperburuk keadaan. Karena hal mendasarnya tidak dibenahi. Yaitu supaya pikiran sadar dan pikiran bawah sadar bisa bekerja sama mencapai tujuan. Dan inilah masalah yangg saya alami beberapa tahun lalu. Saat saya hanya menerapkan program untuk pikiran sadar saja yang diajarkan oleh salah seorang Motivator. Tidak mengajak pikiran bawah sadar turut serta. Sehingga saya gagal mencapai impian, dan hal – hal lain yang sudah terbukti menghasilkan malah terabaikan.

Jadi apakah tidak perlu berpikir positif? Tentu saja berpikir positif memiliki manfaat sampai batas-batas tertentu. Jadi masih harus digunakan sewajarnya. Seperti halnya pikiran negatif juga sebenarnya memiliki manfaat agar kita selalu waspada. Selalu hati-hati. Jadi tidak harus diabaikan terus.

Pembahasan yang lebih lengkap mengenai hal ini bisa Anda baca di buku Become Money Magnet karya Bapak Adi W Gunawan dan Ariesandi Setyono.

Baca juga : Mengapa Saya   Sering Gagal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *